Senin, 15 Februari 2010
KEINTIMAN dan ROMANTISME
1 Korintus 13:13,
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
Di Bonn (Jerman), sekelompok ahli psikologi Jerman dan perusahaan asuransi bekerjasama untuk mengadakan suatu penelitian untuk menemukan rahasia umur panjang dan sukses. Mereka menemukan rahasianya - yaitu mencium isteri Anda setiap pagi sebelum berangkat kerja. Mereka menemukan bahwa para pria yang mencium isteri mereka lebih kecil kemungkinan mengalami kecelakaan mobil. Lebih sedikit tidak masuk kerja karena sakit. Mengumpulkan 20-30 persen uang lebih banyak. ALASAN: Seorang suami yang mencium isterinya tiap pagi memulai suatu hari dengan sikap yang lebih positif.
Kita semua pasti memiliki hubungan dengan lembaga yang menyatukan hubungan kasih dalam hidup ini, yaitu lembaga pernikahan. Dan tujuan tertinggi dalam pernikahan: kasih dan keintiman. Bagaimana kita bisa membangunnya?
TUJUH HAL YANG MEMBANGUN ROMANTISME:
1. Romantisme itu melihatkan hal-hal yang TIDAK TERDUGA. Rutinitas membuat hubungan kasih jadi monoton dan membosankan.
2. Romantisme itu perlu KENCAN. Bahkan setelah menikah pun kita perlu untuk terus berkencan dengan pasangan kita.
3. Romantisme melibatkan hal yang TIDAK PRAKTIS. Romantisme seringkali dibangun lewat memori indah. Seringkali langkah romantis yang tidak praktis justru merupakan momentum indah yang merasuk ingatan pasangan kita. Dan seringkali ingatan akan hal-hal romantis yang indah itulah yang akan membuat Anda serta pasangan Anda bisa melewati masa-masa sukar dalam pernikahan.
4. Romantisme butuh KREATIVITAS. Kreativitas memberikan terobosan bagi rutinitas dalam sebuah hubungan serta memberikan kesegaran.
5. Romantisme membutuhkan perhatian tiap hari, MENDENGARKAN dan BERBICARA dalam "bahasa kasih" pasangan Anda.
6. Romantisme membutuhkan EKSPRESI TERBUKA dari kasih Anda. INGAT: Tidak peduli sebesar apa kasih Anda pada suami atau isteri Anda, pasangan Anda tetap tidak akan tahu, kecuali Anda secara terbuka mengekspresikannya.
7. Romantisme butuh KOMITMEN. Tantangan terbesar dalam suatu hubungan pernikahan adalah kemampuan untuk tetap menjaga cinta tetap membara melewati berjalannya waktu.
Kalau Anda ingin memiliki keintiman serta romantisme dalam hubungan Anda, maka Anda harus belajar "bahasa kasih" pasangan Anda. Coba Anda cari "bahasa kasih" orangtua, pasangan, anak, saudara kandung dsb, dan rencanakan mengerjakan sesuatu yang indah bagi mereka.
Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :
Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!
Rabu, 20 Januari 2010
Renungan: Siasat si Iblis
Bacaan: Kejadian 3 : 1-6
Iblis, dalam bahasa Ibrani artinya adalah “penuduh atau musuh”. Iblis pada awalnya merupakan penghulu malaikat yang diciptakan oleh Tuhan dengan sempurna dan baik. Ia ditunjuk untuk melayani Tahta Allah. Namun, sebelum dunia dijadikan Ia telah memberontak kepada Allah dan menjadi musuh besar Allah dan manusia.
Dalam bacaan Firman kali ini, iblis memakai ular untuk menyerang Allah melalui ciptaannya yaitu manusia. Ia hendak menyatakan bahwa apa yang telah dikatakan Allah kepada Adam itu tidak benar. Iblis menguasai ular dan memakainya sebagai sarana dalam mengadakan pencobaan kepada manusia. Iblis berusaha untuk menghancurkan iman manusia terhadap apa yang telah dikatakan Allah sebagai kebenaran.
Kita perlu mewaspadai setiap pekerjaan iblis, karena kalau kita telah dapat diperdaya olehnya maka kita tidak percaya lagi pada Allah, dan ia akan merampas segala kebaikan itu dari kita. Melalui firman di atas ini, kita dapat mengetahui langkah-langkah iblis dalam usahanya untuk memperdaya manusia, supaya terperangkap pada dustanya.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan iblis agar manusia masuk dalam perangkapnya, ialah:
1. Menimbulkan Keraguan
Iblis tidak menyangkal bahwa Allah telah berfirman kepada manusia itu, dengan mengatakan kepada Hawa: “Tentulah Allah berfirman: semua pohon dalam taman ini, jangan kamu makan buahnya, bukan?”, dalam ayat 1. Kelihatannya iblis hanya sekedar mengulang saja Firman Allah. Namun iblis itu mengatakan “semua..” pada Hawa.
Iblis seakan-akan hanya mempertanyakan kembali, apakah Allah sungguh-sungguh telah berfirman. Apakah Hawa sudah mengerti maksud Allah itu baginya? Mungkin engkau salah mengerti tentang tentang perkataan Allah. Ungkapan iblis ini adalah suatu anjuran dari iblis supaya Hawa meragukan kebaikan dan Firman Allah. Jika Allah sungguh-sungguh mengasihi engkau, Ia tidak akan menyembunyikan sesuatu kepadamu.
2. Menyangkal Firman Allah
Setelah iblis menimbulkan keragu-raguan pada Hawa, iblis terus berusaha untuk membuat Hawa supaya menyangkal Firman Allah. Iblis menegaskan kepada Hawa, “Sekali-kali kamu tidak akan mati..”, ayat 4. “Engkau tidak akan mati!”. Pernyataan ini merupakan langkah lanjutan dari meragukan kepada menyangkal Firman Allah. Tentunya Adam dan Hawa belum pernah melihat kematian yang sebenarnya. Untuk tetap hidup segala sesuatu yang dibutuhkan oleh Adam dan Hawa adalah hanya Firman Allah. Jika saja Hawa tidak mendengarkan iblis tentunya ia tidak akan terperangkap, mulai meragukan dan menyangkal Firman Allah itu.
3. Memperdaya Manusia
Manusia diperdaya dengan dustanya si iblis. “Engkau akan menjadi seperti Allah!”. Adam dan Hawa telah diciptakan sesuai dengan citra Allah, tetapi iblis mencobai mereka dengan sesuatu yang lebih besar yaitu: menjadi sama seperti Allah! Ini adalah suatu ambisi yang besar dari si iblis, Lucifer itu.
Ketika manusia itu telah diperdaya oleh iblis, maka seluruh pikiran manusia dapat dikuasainya dan segala keinginan yang dikehendakinyapun masuk pada pikiran manusia itu. Kita melihat bagaimanakah respon atau sikap Hawa ketika ia mempercayai dusta iblis. Hawapun memiliki argumentasi dan jawaban sendiri, yang akhirnya membawa dia jatuh ke dalam dosa.
Supaya kita terhindar dari perangkap iblis, kita harus melakukan hal-hal berikut ini:
1. Memperkatakan dan merenungkan Firman Allah
“Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung” Yosua 1:8
2. Tetap berdoa dan berjaga-jaga
Kita bisa memohon kepada Tuhan, meminta Tuhan menolong kita menghindari yang jahat.
“Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat” Matius 6:13
Renungan selengkapnya:
http://www.pelitahidup.com/2010/01/15/waspadai-siasat-iblis-agar-tidak-terperangkap/
oleh Ribka Rita Tarigan
Jumat, 15 Januari 2010
Tekanan Akan Mengubah Sel Menjadi Sel Kanker
Jumat, 15 Januari 2010 | 08:03 WIB
shutterstock
TERKAIT:
* Sel Tumor Mampu Meregenerasi Sendiri
* Protein Penghalang Kanker
* "Nanosensors" Deteksi Dini Kanker Lewat Darah
* Morfin Percepat Penyebaran Sel Tumor
* Memburu Benih Kanker dengan Biomarker C-12
JAKARTA, KOMPAS.com - Penelitian terbaru pada lalat buah telah memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana sebuah sel berubah menjadi sel kanker, sel yang bersifat ganas.
Penelitian ini mencari penyebab bagaimana sebuah sel bermutasi dan berubah menjadi tumor ganas. Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan pada 13 Januari 2010 dalam jurnal ilmiah Nature, dilaporkan bahwa mutasi penyebab kanker saling membantu walaupun mutasi tersebut terjadi pada sel-sel yang berbeda-beda.
”Kabar buruknya adalah sebuah jaringan lebih mudah bermutasi secara akumulatif pada sel-sel yang berbeda-beda daripada berkembang dalam satu sel,” ujar Tian Xu, seorang peneliti dari Yale Cancer Center dan The Fudan-Yale Center for Biomedical Research pada Universitas Fudan di China pada sebuah siaran pers di Yale.
Para peneliti mempelajari gen-gen lalat buah, termasuk gen yang terkait dengan kasus-kasus kanker pada manusia. Mereka menemukan bahwa mutasi tidak harus terjadi dalam satu sel yang sama untuk tumbuh menjadi tumor ganas.
Selain itu, tekanan lingkungan yang tinggi pada sel, misalnya pada jaringan yang terluka, juga dapat menyebabkan tumbuhnya kanker. ”Kondisi yang dapat memicu tekanan amat beragam, misalnya stres fisik, stres karena emosi, infeksi, inflamasi (radang), dan berbagai hal semacamnya,” tambah Xu.
Pada gambaran yang lebih luas, kata Xu, penelitian tersebut dapat membantu meningkatkan cara perawatan penyakit kanker. ”Pemahaman akan kanker yang lebih baik, terutama tentang mekanisme yang penyebab kanker, selalu menawarkan cara baru untuk memerangi penyakit tersebut,” kata Xu. (HealthDay News/ISW)
Kamis, 31 Desember 2009
Konsultasi Teologi: Mengapa Yesus Lahir 2.000 Tahun Silam?
Pdt. Bigman Sirait
Pak Pendeta, kalau menurut hitungan-hitungan kita, Yesus datang ke dunia ini kurang-lebih 2.000 tahun silam. Bilangan ini tentu “kecil” jika dibandingkan dengan usia alam semesta atau sejarah peradaban umat manusia yang sudah berbilang jutaan tahun. Bahkan Yesus lebih “muda” dibanding Adam, Abraham, misalnya. Saya sering bertanya-tanya dalam hati, terutama pada saat-saat merenung di hari Natal begini: kenapa ya Tuhan baru hadir ke dunia ini 2.000 tahun silam. Di sini saya tidak dalam posisi menanyakan hal ini kepada Pak Pendeta, sebab saya pun sadar betul kalau ini adalah mutlak misteri Allah pencipta alam semesta. Yang ingin saya tahu adalah bagaimana pendapat Pak Pendeta tentang “pemikiran” saya di atas. Sekian dan salam hormat dalam suasana Natal.
Benget Parda
Pekanbaru
BENGET yang dikasihi Tuhan, bagaimanapun juga hal ini memang bisa jadi ganjalan dalam pemikiran kita. Pertanyaan “mengapa” selalu menggelitik untuk menemukan jawabannya. Mari kita coba telesuri dengan teliti. Berapa umur bumi, kita tak tahu, karena kitab Kejadian tidak menje-laskannya pada kita. Dikatakan dalam Kejadian 1:1, bahwa pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Kapan mulanya itu, tak jelas, tapi yang pasti setelah itulah baru kita mengenal konsep hari dalam tenggang waktu pagi dan petang. Nah, jadi kita tidak tahu umur bumi secara tepat, karena memang itu bukan pesan utama Alkitab. Hakekat bumi yang diajarkan pada kita adalah, bahwa bumi ciptaan Allah, milik Allah dan Allah-lah pemeliharanya yang berdaulat atas bumi. Yesaya 40: 22 mengatakan: “Dia yang ber-takhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang, Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman”. Dari penjelasan itu tahulah kita bahwa Allah menciptakan bumi ini bulat, dan betapa dahsyatnya Allah sang pencipta itu.
Sekarang bagaimana dengan manusia. Jelas pula bagi kita bahwa Allah jugalah pencipta manusia (Kejadian 1: 26). Allah mencip-takan manusia pada hari yang keenam. Nah, ini adalah sebuah waktu, namun tak jelas penangga-lan kita di kemudian hari bagaimana menghitung semuanya. Jadi tak heran jika soal waktu ini tak bisa juga kita pahami dengan tepat. Maksudnya, jelas Allah menciptakan manusia pada hari ke-enam, tapi yang jadi masa-lah adalah penanggalan manusia di kemudian hari.
Kita mengerti bahwa pe-nanggalan pada berbagai bangsa ada perbedaan. Ada yang berdasarkan per-hitungan matahari, ada pula bulan dan juga bin-tang. Sementara itu dalam silsilah di Alkitab (Matius 1), jelas di sana tidak bermak-sud secara umum, melain-kan pemaknaan rohani. Maksudnya yaitu, bahwa di sana ada beberapa keturunan yang tidak dica-tat, yang ada di kitab Raja-raja, karena kehidupan dosa mereka. Artinya Alkitab bukanlah bibliogafi lengkap melainkan pemak-naan yang lengkap dari sejarah manusia. Informasi Alkitab lebih dari cukup untuk kita memahami hakekat kejadian manusia, kejatuhan ke dalam dosa, perkembangannya setelah peris-tiwa air bah di jaman Nuh, hingga terbentuknya Israel, yang kemu-dian menjadi kerajaan. Bagaimana kerajaan itu terpecah, dan pada akhirnya rakyatnya menjadi orang buangan. Semua mengandung pe-maknaan rohani yang mendalam.
Tidak tercatat di Alkitab masa kekosongan antara pulangnya umat dari pembuangan Babel hingga kedatangan Yesus Kristus yang kemungkinan berlangsung sekitar 500 tahun. Ini sering disebut sebagai masa kegelapan. Kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia ada dalam perhitungan waktu yang lebih jelas. Apalagi era ini disebut sebagai tahun Masehi (perhitungan maju ke depan, sementara sebelum Masehi mundur ke belakang). Sementara pemahaman bahwa peradaban manusia berumur jutaan tahun adalah sebuah teori, artinya tak ada pengetahuan yang tepat tentang usia manusia.
Nah, soal mengapa Yesus baru datang kemudian, sekitar 2.000 tahun yang lampau, dan bukan lebih awal, ada penjelasan-nya. Ini bukanlah soal waktu 2.000 tahun atau lebih, tapi dengan jelas Alkitab memberikan kronologi yang menarik. Kejadian 1 dan 2, men-catat kehidupan manusia sebelum kejatuhan ke dalam dosa, nilai-nilai yang ada di sana. Lalu dalam kejadian 3, adalah kisah kejatuhan manusia ke dalam dosa dan akibat yang ditimbulkannya. Setelah itu disebut era patriakhal atau bapak beriman. Ini menjadi era pra-Tau-rat, di sana ada kisah Nuh, Abra-ham dan seterusnya.
Di kemudian hari generasi Abraham menjadi Israel melalui keturunan Yakub. Tetapi mereka menjadi budak di Mesir yang pernah diselamatkan Yusuf anak Yakub. Ketika umat Israel keluar setelah 430 tahun di Mesir, kisah ini dimulai dari kitab Keluaran. Lalu berlanjut dengan kitab Hakim-hakim, sebagai era para hakim-hakim, lalu kemudian berlanjut ke era raja-raja, sesuai tuntutan Israel atas seorang raja. Berikutnya para nabi-nabi yang menulis seturut dengan jaman mereka dan lokasi pelayanan mereka, yaitu Israel atau Yehuda.
Dari kisah ini semua jelaslah bahwa kedatangan Yesus Kristus justru tepat dari banyak aspek. Pertama adalah aspek sejarah, sehingga kita bisa melihat bagai-mana umat di Perjanjian Lama (PL) tak pernah mampu menjalankan tuntutan Tau-rat, mereka gagal beragama. Andai-kata Yesus datang pada masa Abra-ham apalagi sebelumnya, pasti tak dapat dipahami kepentingan kedata-ngannya ke dunia. Tapi karena DIA datang setelah kehancuran Israel, maka jelaslah tujuan dan penghara-pan Israel hanya pada Yesus Kristus.
Jadi sejarah Israel sangat penting untuk memahami makna kedatangan Kristus ke dunia. Yesus Kristus berkata bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan Taurat melain-kan menggenapinya. Karena dalam kitab PL semua ter-dapat nubuatan tentang Yesus Kristus, kelahiran-Nya, tempatnya, situasi-nya, bahkan hingga kematian-Nya. Dengan itu kita me-ngerti semua makna peng-genapan itu. Jika saja Yesus datang lebih awal, kacaulah semua pemahaman kita. Ini juga sangat erat dengan pengharapan Israel akan kedatangan Mesias, namun mereka gagal mengerti, bahkan menyalibkan Yesus. Namun jangan lupa di sana pula terpilihlah Israel sejati yang diwakili para rasul dan orang Yahudi yang menjadi pengikut Yesus Kristus.
Jadi, sekali lagi, kehadiran Yesus Kristus 2.000 tahun lalu, tepat, sehingga dengan sejarah yang lengkap seharusnya kita mengerti. Itu sebab bagi yang me-nolak Yesus tersedia neraka tidaklah semena-mena, melainkan tepat dalam konteks informasi yang cukup. Sebalik-nya mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan patut amat kita syu-kuri dengan melihat sejarah betapa banyaknya jumlah mereka yang gagal. Di sisi lain, dari segi penanggalan yang ada waktu sudah lebih canggih, dan juga lalu lintas hubungan Asia dan Eropa sudah terbentuk. Artinya, dengan memahami secara jeli, tidak ada yang kebetulan, bahkan sebalik-nya ketepatan yang luar biasa.
Nah, Benget yang dikasihi Tuhan, alangkah menyenangkan Natal dalam pemaknaan yang tepat. Cobalah pikir, perintah sensus oleh Kaisar Augustus justru menjadi jalan Maria dan Jusuf ke Betlehem. Hamilnya Maria meng-akibatkan mereka terlambat tiba di Betlehem sehingga mereka tidak kebagian tempat penginapan. Lalu Raja Herodes Agung, si maniak itu, berniat membunuh bayi Yesus, sehingga Maria dan Yusuf lari ke Mesir. Semua peristiwa itu menggenapi nubuatan kitab para nabi, dan juga menggambarkan keberpihakan Allah kepada orang lapis bawah. Dan itulah semangat Natal yang sesungguhnya. Luar biasa ya. Akhirnya selamat mempersiapkan diri menyongsong Natal, Tuhan memberkati.v (sumber:Tabloid Reformata/Desember 2009)
Pak Pendeta, kalau menurut hitungan-hitungan kita, Yesus datang ke dunia ini kurang-lebih 2.000 tahun silam. Bilangan ini tentu “kecil” jika dibandingkan dengan usia alam semesta atau sejarah peradaban umat manusia yang sudah berbilang jutaan tahun. Bahkan Yesus lebih “muda” dibanding Adam, Abraham, misalnya. Saya sering bertanya-tanya dalam hati, terutama pada saat-saat merenung di hari Natal begini: kenapa ya Tuhan baru hadir ke dunia ini 2.000 tahun silam. Di sini saya tidak dalam posisi menanyakan hal ini kepada Pak Pendeta, sebab saya pun sadar betul kalau ini adalah mutlak misteri Allah pencipta alam semesta. Yang ingin saya tahu adalah bagaimana pendapat Pak Pendeta tentang “pemikiran” saya di atas. Sekian dan salam hormat dalam suasana Natal.
Benget Parda
Pekanbaru
BENGET yang dikasihi Tuhan, bagaimanapun juga hal ini memang bisa jadi ganjalan dalam pemikiran kita. Pertanyaan “mengapa” selalu menggelitik untuk menemukan jawabannya. Mari kita coba telesuri dengan teliti. Berapa umur bumi, kita tak tahu, karena kitab Kejadian tidak menje-laskannya pada kita. Dikatakan dalam Kejadian 1:1, bahwa pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Kapan mulanya itu, tak jelas, tapi yang pasti setelah itulah baru kita mengenal konsep hari dalam tenggang waktu pagi dan petang. Nah, jadi kita tidak tahu umur bumi secara tepat, karena memang itu bukan pesan utama Alkitab. Hakekat bumi yang diajarkan pada kita adalah, bahwa bumi ciptaan Allah, milik Allah dan Allah-lah pemeliharanya yang berdaulat atas bumi. Yesaya 40: 22 mengatakan: “Dia yang ber-takhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang, Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman”. Dari penjelasan itu tahulah kita bahwa Allah menciptakan bumi ini bulat, dan betapa dahsyatnya Allah sang pencipta itu.
Sekarang bagaimana dengan manusia. Jelas pula bagi kita bahwa Allah jugalah pencipta manusia (Kejadian 1: 26). Allah mencip-takan manusia pada hari yang keenam. Nah, ini adalah sebuah waktu, namun tak jelas penangga-lan kita di kemudian hari bagaimana menghitung semuanya. Jadi tak heran jika soal waktu ini tak bisa juga kita pahami dengan tepat. Maksudnya, jelas Allah menciptakan manusia pada hari ke-enam, tapi yang jadi masa-lah adalah penanggalan manusia di kemudian hari.
Kita mengerti bahwa pe-nanggalan pada berbagai bangsa ada perbedaan. Ada yang berdasarkan per-hitungan matahari, ada pula bulan dan juga bin-tang. Sementara itu dalam silsilah di Alkitab (Matius 1), jelas di sana tidak bermak-sud secara umum, melain-kan pemaknaan rohani. Maksudnya yaitu, bahwa di sana ada beberapa keturunan yang tidak dica-tat, yang ada di kitab Raja-raja, karena kehidupan dosa mereka. Artinya Alkitab bukanlah bibliogafi lengkap melainkan pemak-naan yang lengkap dari sejarah manusia. Informasi Alkitab lebih dari cukup untuk kita memahami hakekat kejadian manusia, kejatuhan ke dalam dosa, perkembangannya setelah peris-tiwa air bah di jaman Nuh, hingga terbentuknya Israel, yang kemu-dian menjadi kerajaan. Bagaimana kerajaan itu terpecah, dan pada akhirnya rakyatnya menjadi orang buangan. Semua mengandung pe-maknaan rohani yang mendalam.
Tidak tercatat di Alkitab masa kekosongan antara pulangnya umat dari pembuangan Babel hingga kedatangan Yesus Kristus yang kemungkinan berlangsung sekitar 500 tahun. Ini sering disebut sebagai masa kegelapan. Kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia ada dalam perhitungan waktu yang lebih jelas. Apalagi era ini disebut sebagai tahun Masehi (perhitungan maju ke depan, sementara sebelum Masehi mundur ke belakang). Sementara pemahaman bahwa peradaban manusia berumur jutaan tahun adalah sebuah teori, artinya tak ada pengetahuan yang tepat tentang usia manusia.
Nah, soal mengapa Yesus baru datang kemudian, sekitar 2.000 tahun yang lampau, dan bukan lebih awal, ada penjelasan-nya. Ini bukanlah soal waktu 2.000 tahun atau lebih, tapi dengan jelas Alkitab memberikan kronologi yang menarik. Kejadian 1 dan 2, men-catat kehidupan manusia sebelum kejatuhan ke dalam dosa, nilai-nilai yang ada di sana. Lalu dalam kejadian 3, adalah kisah kejatuhan manusia ke dalam dosa dan akibat yang ditimbulkannya. Setelah itu disebut era patriakhal atau bapak beriman. Ini menjadi era pra-Tau-rat, di sana ada kisah Nuh, Abra-ham dan seterusnya.
Di kemudian hari generasi Abraham menjadi Israel melalui keturunan Yakub. Tetapi mereka menjadi budak di Mesir yang pernah diselamatkan Yusuf anak Yakub. Ketika umat Israel keluar setelah 430 tahun di Mesir, kisah ini dimulai dari kitab Keluaran. Lalu berlanjut dengan kitab Hakim-hakim, sebagai era para hakim-hakim, lalu kemudian berlanjut ke era raja-raja, sesuai tuntutan Israel atas seorang raja. Berikutnya para nabi-nabi yang menulis seturut dengan jaman mereka dan lokasi pelayanan mereka, yaitu Israel atau Yehuda.
Dari kisah ini semua jelaslah bahwa kedatangan Yesus Kristus justru tepat dari banyak aspek. Pertama adalah aspek sejarah, sehingga kita bisa melihat bagai-mana umat di Perjanjian Lama (PL) tak pernah mampu menjalankan tuntutan Tau-rat, mereka gagal beragama. Andai-kata Yesus datang pada masa Abra-ham apalagi sebelumnya, pasti tak dapat dipahami kepentingan kedata-ngannya ke dunia. Tapi karena DIA datang setelah kehancuran Israel, maka jelaslah tujuan dan penghara-pan Israel hanya pada Yesus Kristus.
Jadi sejarah Israel sangat penting untuk memahami makna kedatangan Kristus ke dunia. Yesus Kristus berkata bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan Taurat melain-kan menggenapinya. Karena dalam kitab PL semua ter-dapat nubuatan tentang Yesus Kristus, kelahiran-Nya, tempatnya, situasi-nya, bahkan hingga kematian-Nya. Dengan itu kita me-ngerti semua makna peng-genapan itu. Jika saja Yesus datang lebih awal, kacaulah semua pemahaman kita. Ini juga sangat erat dengan pengharapan Israel akan kedatangan Mesias, namun mereka gagal mengerti, bahkan menyalibkan Yesus. Namun jangan lupa di sana pula terpilihlah Israel sejati yang diwakili para rasul dan orang Yahudi yang menjadi pengikut Yesus Kristus.
Jadi, sekali lagi, kehadiran Yesus Kristus 2.000 tahun lalu, tepat, sehingga dengan sejarah yang lengkap seharusnya kita mengerti. Itu sebab bagi yang me-nolak Yesus tersedia neraka tidaklah semena-mena, melainkan tepat dalam konteks informasi yang cukup. Sebalik-nya mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan patut amat kita syu-kuri dengan melihat sejarah betapa banyaknya jumlah mereka yang gagal. Di sisi lain, dari segi penanggalan yang ada waktu sudah lebih canggih, dan juga lalu lintas hubungan Asia dan Eropa sudah terbentuk. Artinya, dengan memahami secara jeli, tidak ada yang kebetulan, bahkan sebalik-nya ketepatan yang luar biasa.
Nah, Benget yang dikasihi Tuhan, alangkah menyenangkan Natal dalam pemaknaan yang tepat. Cobalah pikir, perintah sensus oleh Kaisar Augustus justru menjadi jalan Maria dan Jusuf ke Betlehem. Hamilnya Maria meng-akibatkan mereka terlambat tiba di Betlehem sehingga mereka tidak kebagian tempat penginapan. Lalu Raja Herodes Agung, si maniak itu, berniat membunuh bayi Yesus, sehingga Maria dan Yusuf lari ke Mesir. Semua peristiwa itu menggenapi nubuatan kitab para nabi, dan juga menggambarkan keberpihakan Allah kepada orang lapis bawah. Dan itulah semangat Natal yang sesungguhnya. Luar biasa ya. Akhirnya selamat mempersiapkan diri menyongsong Natal, Tuhan memberkati.v (sumber:Tabloid Reformata/Desember 2009)
Konsultasi Teologi: Yesus Menyelamatkan Adam, Abraham, Musa?
Pdt. Bigman Sirait
PAK, saya mau bertanya tentang “Yesus adalah jalan kebenaran dan hidup tak seorang pun sampai kepada Bapa kecuali melalui Dia”. Artinya, semua manusia harus menerima Yesus sebagai Tuhan juru selamat supaya dia bisa masuk surga.
Bagi kita umat manusia yang hidup pasca-Perjanjian Baru, hal ini mungkin tidak masalah. Yang jadi pertanyaan saya adalah bagaimana dengan manusia yang hidup sebelum Yesus, yang notabene belum mengenal Yesus, semacam Adam dan Hawa, Abraham, Musa, dll., apakah mereka itu akan masuk surga juga? Terimakasih Pak.
George S. Lase
Medan
SEBUAH pertanyaan menarik yang juga sering diperdebatkan banyak orang. George yang dikasihi Tuhan, bahwa Yesus adalah jalan, kebenaran, dan hidup, dan bahwa tidak ada satu orang pun yang akan sampai kepada Bapa kecuali melalui Dia (Yohanes 14: 6), adalah benar. Itu adalah ucapan Yesus Kristus sendiri yang dapat kita pahami sepenuhnya melalui kesaksian Alkitab. Adalah fakta Alkitab bahwa Yesus adalah Allah yang setara dengan Bapa (Filipi 2: 6-9), yang rela mengosongkan diri, dan menjadi sama dengan manusia. Adalah fakta bahwa Dia adalah Sang Firman yang ada bersama de-ngan Allah, dan telah ada sebelum segala sesuatunya ada, dan yang keberadaan-Nya melintasi ruang dan waktu (Yohanes 1: 1-3). Dan para rasul selalu bersaksi bahwa di kolong langit ini tidak ada nama lain, yang di alamnya ada keselamatan, kecuali Yeus Kristus Tuhan (Kisah 4:12).
Jadi bahwa Yesus Kristus adalah juruselamat satu-satunya sangat jelas dalam Perjanjian Baru. Namun mengatakan ini bagi kita yang hidup di pasca-Perjanjian Lama mungkin tidak masalah, harus berhati-hati. Artinya tidak masalah dalam mema-haminya, bisa ya. Tapi jika tidak masalah karena dengan percaya kita selamat, sekali lagi hati-hati. Saya perlu menekankan hal ini, seperti peringatan Yesus Kristus sendiri, bahwa tidak setiap orang yang menyebut-Nya “Tuhan-Tuhan akan masuk ke dalam kerajaan surga, me-lainkan yang melakukan kehendak Bapa”. Bahkan pada waktu itu (di pengadilan Allah), akan ada yang berkata bahwa dia telah bernubuat, mengusir setan, bahkan mukjizat di dalam nama Yesus, tetapi ditolak oleh Yesus Kristus Tuhan. Jadi bagi kita yang hidup pasca-Perjanjian Baru dituntut bukan hanya percaya, melainkan juga melakukan kehen-dak Bapa.
Nah, bagaimana mereka yang hidup di masa Perjanjian Lama? Yang pertama perlu diingat, Yesus Kristus bukan ada sejak Perjanjian Baru atau tahun Masehi, melainkan ada dalam kekekalan (band. Yohanes 8: 57-58). Bagaimana memahami kehadiran atau keterlibatan Kristus di dalam Perjanjian Lama? Mari kita simak apa yang dikatakan Rasul Paulus. Dia berkata dalam 1 Korintus 10: 1-5; Bahwa sesung-guhnya Kristus hadir dalam perja-lanan orang Israel di padang gurun. Hanya saja kehadiran-Nya dalam fenomena alam, makanan dan minuman yang menyelamatkan perjalanan orang Israel. Ketika melintas laut ternyata itulah simbol pembaptisan, padahal tak satu pun dari mereka yang basah. Ketika ada di antara orang Israel mati, bukan karena kekurangan makanan dan minuman, melainkan karena kurang percaya, sehingga tidak berkenan di hadapan Allah.
Jadi dengan jelas, Paulus ingin mengatakan betapa keselamatan dalam perjalanan bagi orang Israel adalah percaya kepada Yesus Kristus yang belum mereka kenal (belum inkarnasi), tapi nyata dalam fenomena yang ada. Ketaatan kepada ketetapan Tuhan yang dinyatakan melalui Musa adalah ekspresi kehadiran Sang Firman Hidup. Jadi dengan segera kita bisa melihat benang merah yang jelas antara umat di Perjanjian Lama dengan keimanan kepada Yesus Kristus Tuhan. Bahkan soal kesela-matan pun dengan jelas dapat kita lihat pada apa yang disaksikan Rasul Petrus. Dalam 1 Petrus 3:17-20; jelas dikatakan bahwa kematian Yesus Kristus berlaku bukan hanya pada saat itu (present) atau juga ke depan (future), melainkan juga ke waktu yang lampau (past).
Jadi, kematian Yesus Kristus berkaitan erat dengan orang di jaman Nuh. Mereka yang menolak pemberitaan Nuh ternyata sama dengan menolak Yesus Kristus Sang Firman itu. Itu sebab Yesus Kristus memproklamirkan keselama-tan yang di dalamnya Nuh, di waktu yang lampau, percaya dan melaku-kan perintah Tuhan. Tetapi orang lain tidak mau percaya bahkan mencemoohnya. Sangat jelas bukan, bahwa tidak ada permasalahan soal waktu, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dalam hal keselamatan. Yang ada ialah keimanan dan ketaatan mela-kukan kehendak Tuhan yang men-jadi ukuran. Ingat, Yesus Kristus hadir lintas waktu.v
PAK, saya mau bertanya tentang “Yesus adalah jalan kebenaran dan hidup tak seorang pun sampai kepada Bapa kecuali melalui Dia”. Artinya, semua manusia harus menerima Yesus sebagai Tuhan juru selamat supaya dia bisa masuk surga.
Bagi kita umat manusia yang hidup pasca-Perjanjian Baru, hal ini mungkin tidak masalah. Yang jadi pertanyaan saya adalah bagaimana dengan manusia yang hidup sebelum Yesus, yang notabene belum mengenal Yesus, semacam Adam dan Hawa, Abraham, Musa, dll., apakah mereka itu akan masuk surga juga? Terimakasih Pak.
George S. Lase
Medan
SEBUAH pertanyaan menarik yang juga sering diperdebatkan banyak orang. George yang dikasihi Tuhan, bahwa Yesus adalah jalan, kebenaran, dan hidup, dan bahwa tidak ada satu orang pun yang akan sampai kepada Bapa kecuali melalui Dia (Yohanes 14: 6), adalah benar. Itu adalah ucapan Yesus Kristus sendiri yang dapat kita pahami sepenuhnya melalui kesaksian Alkitab. Adalah fakta Alkitab bahwa Yesus adalah Allah yang setara dengan Bapa (Filipi 2: 6-9), yang rela mengosongkan diri, dan menjadi sama dengan manusia. Adalah fakta bahwa Dia adalah Sang Firman yang ada bersama de-ngan Allah, dan telah ada sebelum segala sesuatunya ada, dan yang keberadaan-Nya melintasi ruang dan waktu (Yohanes 1: 1-3). Dan para rasul selalu bersaksi bahwa di kolong langit ini tidak ada nama lain, yang di alamnya ada keselamatan, kecuali Yeus Kristus Tuhan (Kisah 4:12).
Jadi bahwa Yesus Kristus adalah juruselamat satu-satunya sangat jelas dalam Perjanjian Baru. Namun mengatakan ini bagi kita yang hidup di pasca-Perjanjian Lama mungkin tidak masalah, harus berhati-hati. Artinya tidak masalah dalam mema-haminya, bisa ya. Tapi jika tidak masalah karena dengan percaya kita selamat, sekali lagi hati-hati. Saya perlu menekankan hal ini, seperti peringatan Yesus Kristus sendiri, bahwa tidak setiap orang yang menyebut-Nya “Tuhan-Tuhan akan masuk ke dalam kerajaan surga, me-lainkan yang melakukan kehendak Bapa”. Bahkan pada waktu itu (di pengadilan Allah), akan ada yang berkata bahwa dia telah bernubuat, mengusir setan, bahkan mukjizat di dalam nama Yesus, tetapi ditolak oleh Yesus Kristus Tuhan. Jadi bagi kita yang hidup pasca-Perjanjian Baru dituntut bukan hanya percaya, melainkan juga melakukan kehen-dak Bapa.
Nah, bagaimana mereka yang hidup di masa Perjanjian Lama? Yang pertama perlu diingat, Yesus Kristus bukan ada sejak Perjanjian Baru atau tahun Masehi, melainkan ada dalam kekekalan (band. Yohanes 8: 57-58). Bagaimana memahami kehadiran atau keterlibatan Kristus di dalam Perjanjian Lama? Mari kita simak apa yang dikatakan Rasul Paulus. Dia berkata dalam 1 Korintus 10: 1-5; Bahwa sesung-guhnya Kristus hadir dalam perja-lanan orang Israel di padang gurun. Hanya saja kehadiran-Nya dalam fenomena alam, makanan dan minuman yang menyelamatkan perjalanan orang Israel. Ketika melintas laut ternyata itulah simbol pembaptisan, padahal tak satu pun dari mereka yang basah. Ketika ada di antara orang Israel mati, bukan karena kekurangan makanan dan minuman, melainkan karena kurang percaya, sehingga tidak berkenan di hadapan Allah.
Jadi dengan jelas, Paulus ingin mengatakan betapa keselamatan dalam perjalanan bagi orang Israel adalah percaya kepada Yesus Kristus yang belum mereka kenal (belum inkarnasi), tapi nyata dalam fenomena yang ada. Ketaatan kepada ketetapan Tuhan yang dinyatakan melalui Musa adalah ekspresi kehadiran Sang Firman Hidup. Jadi dengan segera kita bisa melihat benang merah yang jelas antara umat di Perjanjian Lama dengan keimanan kepada Yesus Kristus Tuhan. Bahkan soal kesela-matan pun dengan jelas dapat kita lihat pada apa yang disaksikan Rasul Petrus. Dalam 1 Petrus 3:17-20; jelas dikatakan bahwa kematian Yesus Kristus berlaku bukan hanya pada saat itu (present) atau juga ke depan (future), melainkan juga ke waktu yang lampau (past).
Jadi, kematian Yesus Kristus berkaitan erat dengan orang di jaman Nuh. Mereka yang menolak pemberitaan Nuh ternyata sama dengan menolak Yesus Kristus Sang Firman itu. Itu sebab Yesus Kristus memproklamirkan keselama-tan yang di dalamnya Nuh, di waktu yang lampau, percaya dan melaku-kan perintah Tuhan. Tetapi orang lain tidak mau percaya bahkan mencemoohnya. Sangat jelas bukan, bahwa tidak ada permasalahan soal waktu, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dalam hal keselamatan. Yang ada ialah keimanan dan ketaatan mela-kukan kehendak Tuhan yang men-jadi ukuran. Ingat, Yesus Kristus hadir lintas waktu.v
Senin, 28 Desember 2009
Jesus Christ The Same
By Howard Parrell
Hebrews 13:8
A cynic once remarked that nothing is permanent except change. We live in a world of change. Everything from ladies’ shoes to legislation, from automobiles to art, from furniture to finances... styles and customs and conditions change overnight. World events seem to tumble over each other with barely enough time to happen.
In such a breath-taking age men look here and there for a point of permanence.
a) Some rely upon financial investments, but money only serves to purchase more change.
b) Others seek to endure through fame, honors, and position; but how soon are the famous forgotten.
c) Some rely upon friends, but too many friends, like shadows, follow only in sunny weather...and even the best of friends are sometimes called away.
Thousands seek to escape life’s boredom through modern fads and isms. Someone has said: "The religion of China is Confucian: the religion of America is confusion." Men wander in a wilderness of cults seeking lasting satisfaction.
My dad used to tell of a man who bragged that he had been a Methodist and Presbyterian and was now thinking of leaving the Baptist work to become a Charismatic. My dad wished him luck. The man seemed puzzled, thinking his pastor would fight for his membership. Dad explained that he didn’t see any harm in changing labels on an empty bottle.
I rejoice that "I have an anchor that keeps my soul, steadfast and sure while the billows roll; fastened to the rock which cannot move, grounded firm and deep in the Savior’s love." That is the Jesus that I want to talk about today.
JESUS CHRIST THE SAME.
What marvelous satisfaction we can take in these four words.
A. Your health will leave you.
B. Your circumstances in life will not remain the same.
C. All too often we find that those around us cannot be counted on.
D. Since all this is true, what a relief it is to turn from these changing scenes to Jesus Christ, the same. Here is One Who never fails the heart that leans on Him for rest.
1. Health may fail us -- but His strength is made perfect in our weakness.
2. Adversity may crash upon us -- but He draws closer than a brother and whispers, "In the world ye shall have tribulation: but be of good cheer; I have overcome the world."
3. Friends may desert us, so that we end up saying with Paul, "No man stood with me." -- But we can also say with him in the next verse, "Notwithstanding, the Lord stood with me."
4. And even when death draws near He assures us, "I am the resurrection and the life."
E. I take great comfort in knowing that my Savior is referred to in Isa. 9:6 as "the everlasting Father" and as One with whom is no variableness or shadow of turning.
JESUS CHRIST THE SAME YESTERDAY.
A. There is an eternity locked up in these words. In fact, eternity stands on either side of the Christ of today.
B. Strictly speaking, there is no past tense with the Lord Jesus Christ.
1. (Jn. 8:58) - "Before Abraham was I AM"
2. Jn. 1:1-2
3. We must never neglect to acknowledge the eternal pre-existence of Jesus.
C. But what of the Jesus of modern history?
1. Born in another man’s stable, buried in another man’s tomb.
2. Living in a little land less than half the size of Arkansas.
3. In His public ministry, never over a hundred miles from home.
4. He wrote no books, led no armies, left His truths with a few plain and unpromising disciples.
5. Died the death of a criminal.
6. Yet that life stands alone. What He said and did proves who He is. (Matt. 16:16)-"Thou art the Christ, the Son of the Living God."
D. But the Jesus Christ of yesterday did not end in a sealed tomb. Christians are not living on a memory.
E. In the midst of despair Jesus appeared to His disciples as the eternal King; victorious over death, hell, and the grave. Then not many days after that He empowered His church to continue in His name.
F. Jesus Christ of yesterday is the Eternal Son from everlasting with the Father, sharing with Him in creation.
1. Jesus Christ of yesterday is the Word made flesh, taking the form of a servant, made sin for us.
2. Jesus Christ of yesterday is the risen and glorified Christ, living His life in millions of lives through 2,000 years.
JESUS CHRIST THE SAME TODAY.
A. Many Christians find themselves getting upset with God because Christ is not working to suit their own private agenda and timetable.
B. Christ is doing exactly what He purposed to do in this age, and His program is following the Father’s schedule.
1. The blind are seeing, the lame walk, the lepers are cleansed, the deaf hear, the dead are raised up, and the poor have the Gospel preached to them.
2. You say, "Yes Jesus did that then, but He is not doing it now." Consider the working of Christ in this age.
a. Eyes blinded by the god of this world are still being opened by the light of the world.
b. Those crippled by sin are walking in the newness of life thanks to the great physician.
c. Modern-day Naamans dip in the fountain filled with blood and lose their spiritual leprosy.
d. Ears are being opened to the music of heaven.
e. Those who are dead in trespasses and sins are being quickened to eternal life.
f. And the world over, the Gospel is being preached to the poor.
3. The Lord Jesus Christ is still the same today as He was yesterday. He is still doing mighty works...and if He is not doing them in your life it may be because -- while you hold the Jesus of yesterday in high regard, you have not experienced the Jesus of today. [See Matt. 13:54-58]
JESUS CHRIST THE SAME FOREVER.
A. It would not be enough that He is the same yesterday and today if somewhere down the road He should cease to be. [ (I Cor. 15:19) - "If in this life only we have hope in Christ, we are of all men most miserable."]
B. But the best is yet to come.
1. He has promised to come for us.
2. We will see Him as He is and we shall be like Him. Then we will rule and reign with Him.
3. Sorrow will be removed...sickness will be vanquished...sin will be conquered...and...death will be destroyed.
C. And in the middle of all this is Jesus Christ.
So, in this changing age, rejoice in a changeless Christ.
1. He is the same yesterday, and because of who he was yesterday, the Son of God dying for the sins of the world, He meets the problem of our yesterdays, our guilt before a holy God.
2. He is the same today, and because of Who He is today, our Lord and our Advocate, He meets the problem of our today’s, He directs our lives and pleads our cases before the Father.
3. He is the same forever, and because He is, He meets the problem of our tomorrows, He assures us of life eternal and a home with Him.
Sabtu, 26 Desember 2009
Jam DOA SYAFAAT Khusus Untuk Jemaat GPIB "OeL"
"Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang" 1 Timotius 2:1
Kehidupan rohani orang Kristen tidak bisa terpisahkan dari kegiatan BERDOA, yang merupakan nafas dan komunikasi langsung tanpa batas kepada Allah Bapa.
Jam doa Syafaat bersama dapat dilakukan ditempat dimana Jemaat berada dengan menggunakan waktu sebagai berikut:
*Setiap pagi, antara pukul 05:00-05:30
*Setiap malam, antara pukul 22:00-22:30
Berikut adalah pokok-pokok doanya:
1.Tugas pelayanan pendeta, presbiter, pengurus & anggota BPK/Komisi di
GPIB Jemaat Ora et Labora.
2.Pengadaan tanah,gedung ibadah, kantor & pastori.
3.Persekutuan, Pelayanan & Kesaksian GPIB Ora et Labora.
4.Warga jemaat sebagai orang tua atau single parent.
5.Warga jemaat yang sedang sakit.
6.Warga jemaat yang belum rindu untuk melayani Tuhan.
7.Warga jemaat yang berulang tahun/berhari jadi perkawinan.
8.Warga jemaat yang masih menyelesaikan pendidikan.
9.Warga jemaat sebagai pekerja & yang masih mencari pekerjaan.
10.Warga jemaat yang berencana untuk menikah tahun depan.
11.Anggota Paduan Suara & pemusik gereja (khusus di OeL).
12.Para janda, duda & yatim piatu (khususnya dalam jemaat.)
13.Masyarakat yang tinggal di sekitar sekolah OeL, sekretariat & pastori.
14.BP dan jemaat-jemaat di Mupel GPIB Banten.
15.Majelis Sinode GPIB dan jemaat-jemaat di wilayah pelayanan GPIB.
16.Pemulihan perekonomian/keamanan Bangsa dan Negara.
17.Pelayanan & pemberitaan Firman Allah di seluruh dunia.
18.Pemeliharaan Tuhan atas keamanan/kesejahteraan umat-Nya di
seluruh dunia.
Tuhan Yesus Kristus memberkati !
Langganan:
Postingan (Atom)